Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupan.
Kejadian ini dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik dan juga perkembangan otak anak. Terganggunya pertumbuhan fisik dapat dilihat dari ukuran tubuh anak akan lebih kecil dibanding anak seusianya, baik dari segi berat badan maupun tinggi badan. Kekurangan gizi kronis juga akan mempengaruhi kemampuan kognitif yang menyebabkan tingkat kecerdasannya juga menjadi rendah sehingga akan berdampak pada rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Jika hal ini tidak diperbaiki, resiko anak mengalami penyakit kronis di usia dewasanya akan semakin tinggi.
Tindakan perbaikan yang telah dilakukan seperti intervensi terhadap asupan gizi anak, berupa Pemberian Makanan Tambahan (PMT) seperti pemberian menu harian tinggi gizi bagi semua balita yang ada di setiap kelurahan selama beberapa hari secara berkelanjutan.
Dari wawancara yang dilakukan terhadap pihak Puskesmas maupun dari setiap Yandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Rawang Padang Selatan menyatakan bahwa, program PMT sudah beberapa kali dilakukan namun penurunan angka stunting tidak signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah rendahnya pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan masyarakat rata-rata masih rendah, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih kurang serta terbatasnya pengetahuan masyarakat terhadap zat gizi dan cara pengolahan makanan yang baik dalam mempertahankan kandungan gizi makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi serta rendahnya pendapatan menyebabkan asupan gizi bagi anak terutama makanan yang mengandung komponen gizi makro sangat terbatas. Walaupun komponen ini sangat dibutuhkan oleh anak untuk pertumbuhan dan perkembangannya namun karena kurangnya pengetahuan orang tua ditambah harganya yang mahal menyebabkan anak-anak hanya diberi makanan seadanya tanpa memperhatikan kecukupan gizinya. Padahal banyak alternatif yang bisa dipilih sebagai sumber gizi makro tersebut, salah satunya adalah dari bahan nabati. Selain sumbernya berlimpah, harganya pun tergolong lebih murah. Karena itu perlu dilakukan sosialisasi tentang pemanfaatan sumber-sumber nabati yang memiliki kandungan gizi makro dan memiliki fungsi sebanding dengan sumber-sumber makanan hewani.
Jagung manis dan kecambah kacang hijau merupakan salah satu di antara beberapa sumber nabati yang mengandung komponen gizi makro cukup tinggi. Diketahui bahwa jagung manis mengandung pati sekitar 70% dan lemak 1% (Setyani, Medikasari dan Wahyu, 2009) serta protein berkisar antara 9-10% (Astawan, 2009) dengan asam amino utama penyusun protein adalah metionin (Winarno, 2010). Sedangkan kecambah kacang hijau mengandung protein sekitar 38,54% (Persagi, 2009) dan jenis asam amino penyusun yang paling banyak adalah lisin (Astawan, 2009; Winarno, 2010).
Protein dalam tubuh akan berperan dalam pembentukan otot dan perkembangan otak sehingga keberadaannya sangat dibutuhkan, terutama pada masa pembentukkan janin. Kerena itu faktor kecukupan gizi calon ibu juga akan sangat menentukan dalam pembentukkan karakter fisik dan kognitif calon bayi. Kecukupan tersebut dapat diperoleh dari bahan-bahan sederhana dan mudah didapatkan. Pemanfaatan susu nabati dari jagung manis dan kecambah kacang hijau sebagai minuman yang dikonsumsi harian dapat dijadikan alternatif pilihan untuk mengatasi kekurangan yang ada, selain kandungan gizinya yang tergolong tinggi dan harganya yang tergolong murah, proses pengolahannya pun tergolong sederhana.
Kegiatan sosialisasi pemanfaatan jagung manis dan kecambah kacang hijau menjadi susu nabati ini telah dilaksanakan oleh tim Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Kampus Politeknik ‘Aisyiyah Sumatera Barat (POLITA SUMBAR) pada hari Minggu, 08 Oktober 2023, dengan dana pelaksanaan berasal dari hibah internal Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) periode 2023.
Tim dosen yang berpartisipasi dalam kegiatan ini berasal dari Program Studi (PS) Bisnis Jasa Makanan (BJM) dan PS D.III Keperawatan dengan total 4 orang, dibantu oleh 6 orang mahasiswa yang berasal dari PS. yang berbeda, yaitu 4 orang dari PS. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan 2 orang dari PS BJM.